Islam
sudah memiliki sistem yang lengkap dan sempurna di segala aspek
kehidupan, namun sering pula sistem yang ada itu tidak dikelola dengan
benar oleh sumber daya manusia yang ada, bahkan lebih parah lagi sistem
yang sudah benar kemudian diubah menjadi ladang maksiat oleh manusia.
Maka hal yang perlu diperbaiki selanjutnya adalah manusianya. Untuk
memperbaiki manusia menjadi manusia yang lebih baik ini maka perlu
dilakukan sebuah cara yang efektif mencontoh Rasulullah saw dan para
sahabat ra. Cara itu tak lain dan tak bukan adalah tarbiyah islamiyah.
Tarbiyah adalah cara yang paling ideal untuk berinteraksi dengan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk terjadinya proses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik.
Saya ingin menggambarkan tarbiyah ini ibarat sel kehidupan. Tubuh
manusia terdiri dari sel-sel kecil yang kemudian menjadi jaringan dan
akhirnya terbentuk tubuh yang utuh. Begitu pula tarbiyah adanya. Ia
merupakan sebuah proses mendidik dan membina manusia dengan sistem sel,
artinya melalui kelompok-kelompok kecil kemudian mampu menghasilkan
sosok-sosok tangguh yang selanjutnya dari sel kecil ini akan membentuk
keluarga kemudian masyarakat dan akhirnya menjadi satu tubuh yang kuat
yang tergabung di dalam peradaban islam.
Tarbiyah
adalah cara yang dilakukan Rasulullah saw kepada para sahabatnya hingga
kemudian islam meraih masa kejayaan yang gemilang di tangan generasi
unik hasil tarbiyah rasulullah saw ini. Sementara Rasulullah saw sendiri
ditarbiyah langsung oleh Allah melalui malaikat jibril dan Al-quran.
Tarbiyah Rasulullah saw dahulu dilakukan di rumah Arqam bin Abi Arqam
secara kontiniu. Dari tarbiyah itulah muncul karakter Umar bin Khattab
ra yang dulunya seorang preman kampung kemudian setelah ditarbiyah
akhirnya mampu menjadi seorang khalifah yang memiliki pemahaman islam
yang utuh. Seorang Bilal bin Rabah yang dulunya hanya seorang budak
kemudian karena proses tarbiyah ini menjadi seorang duta yang mampu
mengislamkan sebuah kampung. Seorang mush’ab bin umair ra yang dulunya
seorang konglomerat terkaya dan parlente kemudian menginfakkan hartanya
untuk kebutuhan dakwah islam. Subhanallah. Sebuah proses yang unik
bukan?
Lalu bagaimana sebenarnya tarbiyah itu? Saya mengutip kata-kata dari sebuah buku tentang tarbiyah.
“Tarbiyah adalah suatu keniscayaan. Bila umat islam menginginkan kejayaan kembali, tiada cara lain selain menempuh jalan ini. Dengannya Rasulullah mendidik para sahabatnya menemukan kembali jati diri dan kepribadiannya. Dengannya rasulullah mengangkat derajat hidup manusia. Dengannya rasulullah membukakan mata para penguasa akan kecilnya nilai kekuasaannya dibanding kekuasaan Allah swt. Jalan ini adalah jalan tercepat-walau sebagian kaum muslimin merasakan kelambatannya-dibanding dengan jalan-jalan yang lain untuk mengembalikan ‘izzul islam wal muslimin. Di dalam tarbiyah ada mekanisme tawashau bil haq wa tawashau bish shabri. Ada nuansa silaturahmi, dan yang penting ada aktivitas transfer ilmu dan pewarisan nilai. Dan ini tidak terjadi dalam aktivitas-aktivitas yang lain.”
Lalu
apa yang membuat tarbiyah itu menjadi nikmat? Ya, saya mengatakan
tarbiyah ini nikmat karena memang kenikmatan lah yang dirasakan di
dalamnya. Bayangkan saja, dalam sebuah kelompok hanya ada beberapa orang
saja dengan seorang murobbi atau pembimbing atau sama halnya seperti
guru, tetapi bedanya dengan sekolah adalah bahwa di dalam kelompok
tarbiyah ini, semua elemen adalah sama-sama belajar, bukan belajar
mengajar. Hampir sama dengan sistem microteaching di mana setiap anggota
mendapatkan perlakuan intensif dalam setiap pertemuan. Setiap anggota
kelompok memiliki hak yang sama untuk saling mengingatkan dalam kebaikan
dan kesabaran, saling memberikan ilmu yang di dapat sehingga terjadi
pengisian ruang-ruang kosong di setiap sisi.
Pembahasan
di dalam kelompok ini pun tidak mutlak melulu masalah bidang ilmu agama
saja melainkan bagaimana setiap anggota bisa melejitkan potensi dirinya
sehingga potensi itu dapat diarahkan untuk kemajuan islam. Misalnya
bagi mereka yang memiliki latar belakang keilmuan seorang dokter, maka
ia akan diarahkan menjadi dokter yang islami dalam setiap sisi. Atau
jika ia memiliki latar belakang keilmuan di bidang sosial politik, maka
ia akan diarahkan menjadi seorang politikus yang islami dan amanah. Yang
lain lagi misalnya seorang engineer maka ia akan diarahkan menjadi
seorang teknolog yang islami pula. Sehingga jika setiap kelompok dengan
latar belakang manusia yang berbeda ini dikumpulkan, maka potensinya
akan mampu membangun umat ini.
Apalagi
kenikmatannya? Ruh ukhuwah islamiyah yang ada di setiap elemennya. Dari
kelompok ini akan tumbuh rasa cinta dan kasih sayang antar sesama
anggota. Kemudian dengan cinta ini mereka akan berhimpun menjadi satu
dalam sebuah amal jama’i. Sungguh indah saudaraku. Bayangkan saja
seseorang yang dulunya tidak kita kenal, setelah terhimpun di dalam
tarbiyah, ia adalah orang pertama yang menghulurkan tangannya saat kita
kesulitan. Mereka pula yang mengingatkan kita kala kita lengah dan
lalai. Hingga di setiap pertemuannya selalu ada doa pengikat hati yang
dilantunkan dan kata-kata “Aku mencintaimu karena Allah, ukhti” yang
terucap dari lisan-lisan mereka. Subhanallah.
Kenikmatan
yang lain lagi adalah motivasi dan bimbingan untuk selalu memperbaiki
diri, baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak, ilmu dan sebagainya. Dalam
tarbiyah ada kontrol terhadap ibadah-ibadah kita sehingga jika ibadahnya
mulai menurun, akan mendapat motivasi kembali untuk meningkatkannya.
Perbaikan akhlak di segala lini pun menjadi agenda dari tarbiyah.
Bagaimana seseorang memiliki akhlak yang benar sehingga setiap orang di
sekitarnya akan merasakan keindahan akhlaknya. Lalu peningkatan wawasan
dan ilmu juga menjadi salah satu kenikmatan tersendiri di dalam
tarbiyah. Ada juga ajang curhat di dalamnya, hal ini ditujukan agar
setiap permasalahan anggota bisa diselesaikan. Jangan khawatir, karena
dalam satu kelompok hanya ada orang-orang yang sejenis dengan kita,
kalau bagi kelompok laki-laki ya hanya laki-laki yang ada, dan
sebaliknya bagi perempuan, hanya ada perempuan saja di dalamnya. Jadi
tak perlu ragu dan sungkan untuk berekspresi dan mengexplore apa yang
ada di hati kita.
Selain
pemenuhan akal dan ruhiyah, tarbiyah juga memperhatikan sisi jasmani.
Maka jangan heran jika suatu saat saudara akan melihat orang-orang yang
sedang asyik bertafakur alam dan melakukan semacam outbond atau wisata
ke tempat-tempat lain di alam terbuka, mereka biasa menyebutnya Rihlah
atau perjalanan. Rihlah ini merupakan refreshing di dalam tarbiyah
sekaligus pembinaan jasad. Olahraga, games, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan fisik ada di dalamnya. Melalui rihlah kita juga bisa
mempererat ukhuwah dengan saudara yang lain. Indah bukan?
Tarbiyah
islamiyah bukan hanya proses satu atau dua tahun saja seperti halnya
pendidikan SD, SMP, dan seterusnya, melainkan ia adalah proses seumur
hidup hingga kita dijemput oleh kematian. Bahkan jika kita sudah menikah
dan sudah tua renta pun tarbiyah adalah sebuah keniscayaan. Dari rahim
tarbiyah ini pula terbentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah
jika di antara anggotanya menikah. Eits, tunggu dulu, harus diingat
bahwa tujuan ikut tarbiyah bukan semata-mata karena ingin mendapat
pasangan yah, tetapi kalau suatu saat kita mendapatkan jodoh yang shaleh
dan shalehah melalui tarbiyah ini, itu namanya rezeki, hehe
Sebenarnya
masih banyak lagi kenikmatan yang ada di dalam tarbiyah, tapi saya
tidak akan mengungkapkan semuanya di sini. Karena saya tidak ingin
bermuluk-muluk kepada orang lain untuk menjelaskan tentang tarbiyah.
Jika saudara ingin mengetahui seluk beluk di dalamnya, silahkan ikut di
dalamnya. Mereka-mereka yang ada di dalam proses tarbiyah ini dengan
wajah ceria dan tangan terbuka akan menyambut saudara untuk sama-sama
berusaha memperbaiki diri dan umat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar