Senin, 02 April 2012

Mengapa kita tarbiyah...!!!!!





Tarbiyah untuk kita semua....



Wahai saudaraku ...
Ketahuilah kader-kader mukmin yang digembleng Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam dahulu terdiri dari pemuda yang tangguh. Dari tangan-tangan merekalah terbitnya fajar Islam. Dalam mengemban risalah da'wah, mereka dengan tabah menanggung siksaan. Mereka rela berkorban demi lancarnya perjuangan. Siang dan malam berupaya keras mewujudkan kemenangan gemilang serta eksistensi Islam. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat, sebuah negara Islam yang berdaulah dengan sistem pemerintahan otonomi yang sudah terbentuk. Di samping itu, mereka juga berhasil menaklukkan imperium super power, yaitu negara Persia dan Romawi. Mereka juga berhasil melakukan ekspansi ke berbagai negara, antara lain Sind (di barat daya India), Armenia dan Rusia. Penaklukan ini berhasil dirampungkan hanya dalam waktu 35 tahun!
Pada masa dinasti Umayyah, mereka berlayar mengarungi samudera sehingga membuat batas geografis. Kerajaan mereka merambah luas hingga mencapai negeri Sind, Turkistan bahkan sampai ke timur pada batas teritorial Cina dan ke barat negeri Spanyol di Eropa. Harun Ar Rasyid, salah seorang khalifah Abbasiyah telah sanggup memperlihatkan kepada dunia akan luasnya kekuasaan Islam.
Uqbah bin Nafi yang berdiri di pantai Samudera Atlantik di ujung barat, berdoa kepada Allah, "Demi Robb Muhammad, sekiranya bukan karena bentangan samudera ini yang menjadi penghalang, niscaya aku akan taklukkan seluruh jagad raya ini demi meninggikan kalimat-Mu, wahai Robbku, saksikanlah!"
Sementara di ufuk timur, Qutaibah Al Baahily terus menerobos sarnpai-sampai pada suatu ketika, secrang sahabatnya menasehatinya dengan rasa iba. "Wahai Qutaibah, kapan engkau mengakhiri petualanganmu ini, padahal negeri Turki telah engkau masuki dan berbagai kendala siap menghadangmu." Namun dengan jiwa dan semangat iman yang meluap-luap, Qutaibah menjawab. "Aku tetap optimis terhadap pertolongan Allah. Aku akan terus maju, sebab segala peralatan tidak akan berguna bila waktu sudah berlalu."


Wahai saudaraku ...
Cobalah kalian lihat negara Syam, dataran Irak yang subur, Andalusia, Mesir, Al Jazair, dataran Afrika, India, daratan Cina dan seluruh jagad raya ini. Semua negara tersebut mengandung kabar berita tentang nenek moyang kita yang gagah berani dan mulia. Negara-negara itu sarat akan nilai Iman dan Islam. Mereka telah menyerap ilmu pengetahuan di berbagai Masjid, entah itu Mekah, Madinah, Al Aqsha, Kordoba, Al Azhar dan Umawi. Mereka menyimpan segudang kebanggaan dan kemuliaan, ilmu, kebudayaan, tatanan nilai, dan prinsip. Mereka telah membina mental spiritual umat. Mereka telah menyebarluaskan ilmu pengetahuan, melenyapkan simbol-simbol paganisme (kemusyrikan) serta menyemaikan benih-benih tauhid, keadilan, ukhuwah, dan persamaan.
Mereka mencanangkan kemerdekaan di saat manusia tengah dibelenggu rantai perbudakan. Mereka menyebarluaskan tauhid di saat akal pikiran terkungkung oleh tirai kejahilan. Mereka menegakkan keadilan saat Persia dan Romawi memeras rakyatnya dengan buas.
Harta kekayaan mereka disalurkan pada hal-hal positif dan terpuji. Sementara orang lain mengeruknya dari sumber yang gelap dan menumpuknya. Mereka menjaga kehormatan dan harga diri kaum wanita, sedangkan orang lain mengeksploitasinya. Mereka hanya mau tunduk kepada Allah semata, bukan kepada yang selain-Nya. Hati mereka senantiasa cenderung pada hal-hal yang baik. Jiwa mereka meyakini kebenaran dan menolak setiap kebatilan. Hubungan mereka dengan Allah cukup erat, begitu pula hubungan dengan sesamanya.
Mereka benar-benar yakin dengan kebenaran agama ini sehingga aktivitas sehari-hari mereka tidak terpisahkan dari kepentingan agama itu sendiri, seningga hidup mereka terhormat dan kelak di akhirat pun mereka termasuk golongan orang-crang yang beruntung.
Bila secara kebetulan mereka diserahi kembali kepemimpinan di muka bumi, maka kekuasaannya tersebut digunakan sebagai sarana untuk menciptakan suasana kedamaian dan kesejahteraan.
Cucuran darah syuhada merupakan parfum anak-anak muda mereka. Tombak yang menancap di dada mereka adalah lambang kehormatan dan kemuliaan. Mereka mempertaruhkan nyawa demi membela agama.
Mereka memang generasi satu-satunya yang memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda dengan umat lain. Jadi memang wajarlah bila Allah memuji mereka sebagai generasi (umat) yang terbaik, sebagaimana yang dikatakan dalam firman-Nya :

"Kamu adalah umat yang terbaik, yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang rnungkar, dan beriman kepada Alloh..."
(Q.S. Ali Imran 3 : 110)

Wahai saudaraku ...
Bagaimanakah dengan kita? Sebagai muslim tentu kita ingin menjadi muslim yang utuh. Walaupun kita menjadi muslim bukan karena paksaan (karena Allah memang telah menyatakan tidak ada paksaan dalam ber-Islam), tapi jika kita telah memilih jalan Islam, mengapa kita tidak memasukinya secara keseluruhan?
Lantas bagaimana kita dapat melaksanakan Islam secara utuh jika kita tidak mengetahui apa itu Islam? Bagaimana melaksanakannya? Dan sebagainya? Oleh karena itu tentu kita perlu mempelajari Islam dengan baik.
Selain itu, kita harus malu karena sudah terlalu lama mengaku muslim, tapi tidak pernah terikat dan terlibat. Mengaku muslim (terikat dengan kalimat syahadat yang dilafadzkan setiap sholat), tapi juga harus konsekwen dengan kemuslimannya (terlibat penuh dengan segala aktifitas yang bersumber pada ajaran Islam).
Ketika kita telah menjalin kontrak kerja dengan Allah, maka jatuhlah kewajiban bagi tiap pribadi untuk mengemban amanah tersebut. Kita harus menjalankan, menunjukkan, membanggakan betapa agung dan tingginya Islam. Tanpa malu-malu lagi atau takut enggak enak lagi.
Kita pun harus menyadari betapa pentingnya pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) bagi manusia, sehingga pendidikan yang kita lakukan dapat membawakan hasil untuk kejayaan di dunia dan di akhirat. Tarbiyah Islamiyah ini bahkan dapat mengantarkan keberhasilan manusia mengemban amanah dari Allah subahana wata'ala sebagai khalifah untuk dirinya dan alam semesta. Yang membedakan pendidikan Islam ini dengan pendidikan pada umumnya adalah include-nya konsep. amal dan semangat untuk terus berkontribusi dalam Islam dan Dakwah sehingga terbentuk pribadi-pribadi dengan karakter kuat yang berkepribadian muslim, bahkan kepribadian da'i. Dengan metode Islam yang kaaffah (Q.S. 2 : 208).

Wahai saudaraku ...
Tujuan dari pendidikan Islam ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan pendidikan sesaat atau bahkan hanya dengan membaca artikel-artikel melalui media MyQuran ini. la menuntut kesinambungan, keberlanjutan, terus menuntut ilmu seumur hidup dalam keadaan apapun, bahkan pada zaman Rasulullah pada saat perang pun tetap ada aktivitas tarbiyah.
Pendidikan Islam ini perlu dilaksanakan secara berkelanjutan juga karena keimanan manusia yang senantiasa berfluktuasi naik dan turun akibat dosa dan kemaksiatan yang mungkin saja terjadi pada semua manusia. Oleh karena itu, tarbiyah perlu dilaksanakan selama kita masih hidup, karena ia tidak saja membentuk kepribadian muslim tetapi juga meningkatkan dan menjaga nilai-nilai yang telah didapatkan dan dianutnya. Menyeru dan mengarahkan hanya kepada Allah (Q.S. 3 : 079).
Pendidikan Islam juga membiasakan manusia untuk hidup dalam suatu komunitas yang saling menjaga dengan atmosfer / nuansa yang hangat dan Islami. Ketika ada yang menyimpang ditegur dengan baik sehingga lurus kembali. Ketika ada yang kekurangan / membutuhkan dibantu dan ditolong bersama. Sehingga gambaran ideal komunitas muslim seperti zaman Rasul pun mulai terbayang dan optimis ternyata bisa dibentuk. Komunitas soleh yang berpadu (QS. 3 : 103). Menuju kemenangan nyata yang hakiki (QS. 22 : 77).
Beberapa prinsip dalam pendidikan Islam yang harus dijaga agar mendukung keberlanjutan pendidikan Islam adalah pribadi pembimbing yang penuh iman (kepada Allah, Rasul dan Islam), kecintaan karena Allah diantara peserta dan juga pembimbing, dan terkadang juga dibutuhkan pengorbanan yang tulus berlandaskan semangat ukhuwah/persaudaraan (QS. 49 : 10 , 48 : 29).

Lalu, apa akibatnya bila kita tidak belajar Islam?
1. Kita menjadi generasi yang beribadah di tepi-tepi saja, seperti yang Allah firmankan :
"Dan diantara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata."
(QS. Al Hajj : 11)
Generasi seperti ini hanya mau beribadah kepada Allah jika hal itu dirasakan menguntungkan dirinya. Bila tidak, untuk apa? Pikirnya.
2. Cenderung pada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Seperti dalam firman Allah :
"Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajatnya) dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah..."
(QS. Al A'raaf : 176)
3. Lari dari Al Qur'an. Al Qur'an tidak diacuhkan, tidak diperhatikan. Walaupun sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia, tetapi tetap tidak mau mempelajari apalagi mentadabburi (meresapi). (QS. 25 : 30)

Allahu'alam bish shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar